English French Russian Japanese Arabic


Cerita Sex = Silahkan Perkosa IstriKu ( Part 2 )

 Cerita Sex Dewasa

...mengacungkan jempolnya. Cepat kuparkir mobil Bob di garasiku sendiri.
“Matanya sudah ditutup Do?” kataku.
“Sudah bos. Mbak Reni sudah diikat dan mulutnya disumpel. Tinggal angkut” katanya.
Memang, kulihat Bob dan Jaelani sedang menggotong Reni yang tengah meronta-ronta. Istriku yang malang itu kini terikat tak berdaya. Kedua tangannya terikat ke belakang. Aku siap di belakang kemudi. Kulirik ke belakang, tiga lelaki itu memangku Reni yang terbaring di jok tengah.
“Ha ha… step one, success!” kata Bob.
Aku menelan liurku ketika rok Reni disingkap sampai ke pinggang. Tangan mereka saling berebut menjamah pahanya yang putih mulus. Bob bahkan telah menurunkan bagian dada Reni yang agak rendah sehingga sebelah payudaranya yang masih terbungkus bra hitam menyembul keluar. Lalu, ia menurunkan cup bra itu. Mata ketiganya seolah mau copot melihat payudara 34B Reni yang bulat montok dengan puting coklat itu. Bob bahkan langsung melumat bongkahan kenyal itu dengna bernafsu embuat Reni merintih-rintih. Gilanya, aku malah sangat menikmati pemandangan itu.
“Udah Bang, sekarang berangkat aja dulu” kata Jaelani sambil jarinya mulai merambahi selangkangan Reni dan mengelusi vaginanya dari luar celana dalamnya.

***
Villa Bob

Setelah empat puluh menit perjalanan tibalah kami di villa Bob yang besar. Kami mengikat Reni di ranjang dengan tangan terentang ke atas. Si sopir, Jaelani, tengah memeluknya dari belakang, meremas payudara dan pangkal pahanya.
“Pak Bob merokok kan? Reni benci sekali lelaki perokok. Saya pingin ngelihat dia dicium lelaki yang sedang merokok. Saya juga pengen Pak Bob meniupkan asap rokok ke dalam memeknya,” bisikku kepada Bob.
Bob mengangguk sambil menyeringai. Aku lalu mengambil posisi yang tak terlihat Reni, tapi aku leluasa melihatnya. Kulihat Bob sudah menyulut rokoknya dan kini berdiri di hadapan Reni. Dilepasnya penutup mata Reni. Mata sendunya berkerjap-kerjap dan tiba-tiba melotot. Rontaan Reni makin menjadi ketika Bob menjilati pipinya yang halus. Apalagi, kulihat tangan Jaelani tengah mengobok-obok vaginanya. Pinggul Reni menggeliat-geliat menahan nikmat.
“Bang nggak bosen-bosen mainin memek Mbak Reni,” tanya Aldo yang duduk di sebelahku sambil memainkan penisnya.
“Lho, kok kamu di sini. Ayo direkam sana!” kataku menepuk punggungnya.
“Oh iya. Lupa!” kata Aldo sambil cengengesan.
Bob menarik lepas celana dalam Reni yang menyumbat mulutnya.
“Lepaskaaaan…. mau apa kalian… lepaskaaaan!” langsung terdengar jerit histeris Reni yang marah bercampur takut.
“Tenang Mbak Reni, kita cuma mau main-main sebentar kok,” kata Bob sambil menghembuskan asap rokok ke wajah cantiknya.
Kulihat Reni melengos dengan kening berkerut.
“Ya nggak sebentar banget, Mbak. Pokoknya sampe kita semua puas deh!” kata Aldo.
Ia berjongkok di hadapan Reni. Diarahkannya kamera ke bagian bawah tubuh Reni, ia mengclose-up jari tengah Ben yang sedang mengobok-obok vagina istriku.
“Memek Mbak rapet sih. betah nih saya maenan ini seharian,” timpal Jaelani.

“Aaakhhh… binatang…lepaskaaann…nngghhhh!” Reni meronta-ronta dan menangis
Telunjuk Aldo ikut-ikutan menusuk ke dalam vaginanya. Kulihat Bob menghisap rokok Jie Sam Soe-nya dalam-dalam. Tangan kirinya meremas-remas payudara kanan Reni yang telah terbuka
“Lepaskaaaan… jangaaann….setaan….mmmfff…..mmmmfffff….mmmpppfff… .” jeritan Reni langsung terbungkam begitu Bob melumat bibirnya dengan buas.
Mata Reni mendelik. Kulihat asap mengepul di antara kedua bibir yang berpagut itu. Al
mengclose-up ciuman dahsyat itu. Ketika Bob akhirnya melepaskan kuluman bibirnya, bibir Reni terbuka lebar. Asap tampak mengepul dari situ. Lalu Reni terbatuk-batuk.
“Ciuman yang hebat, Jeng Reni. Sekarang aku mau mencium memekmu,” kata Bob.
Reni masih terbatuk-batuk. Wajahnya yang putih mulus jadi tampak makin pucat. Bob berlutut di hadapan Reni. Jaelani dan Aldo membantunya membentangkan kedua kaki Reni lebih lebar.
“Wow, memek yang hebat,” kata Bob sambil mendekatkan ujung rokok yang menyala ke rambut kemaluan Reni yang tak berapa lebat.
Sekejap saja bau rambut terbakar menyebar di ruangan ini. Bob lalu menyelipkan bagian filter batang rokoknya ke dalam vagina Reni. Istriku masih terbatuk-batuk sehingga terlihat batang rokok itu kadang seperti tersedot ke dalam. Tanpa disuruh, Aldo meng-close-upnya dengan handycam. Bob lalu melepas rokok itu dari jepitan vagina Reni. Dihisapnya dalam-dalam. Lalu, dikuakkannya vagina Reni lebar-lebar. Mulutnya langsung merapat ke vagina Reni yang terbuka.
“Uhug…uhug…aaaakkhhh… aaaaakkhhh….aaaaakkkhhhh…” Reni menjerit-jerit histeris. Bob tentu sudah mengembuskan asap rokoknya ke dalam vagina istriku.
“Aaakhhhh… panaaassss….adududuhhhh….” Reni terus menjerit dan meronta-ronta. Kulihat Bob melepaskan mulutnya dari vagina istriku.
Sementara Aldo mengclose up asap yang mengepul dari vagina Reni. Reni semakin menangis ketakutan.

Bob bangkit dan menjilati sekujur wajahnya. Lalu dengan gerak tiba-tiba ia mengoyak bagian dada istriku. Reni memekik ketika Bob merenggut putus bra-nya yang telah tersingkap. Ia terus menangis saat Bob mulai menjilati dan mengulum putingnya. Kulihat Jaelani kini berdiri di belakang istriku. Penisnya yang besar itu telah mengacung dan siap beraksi. Ia menoleh ke arahku, seolah minta persetujuan. Aku mengacungkan ibu jari, tanda persetujuan. Tak sabar aku melihat istriku merintih-rintih dalam persetubuhan dengan lelaki lain. Kuberi kode kepada Aldo, si office boy, agar mendekat.
“Tolong tutup lagi matanya. Gua pengen ingin dia menelan sperma gua soalnya selama ini dia belum pernah” kataku
Al mengangguk dan segera melakukan perintahku. Setelah yakin Reni tak bisa melihatku, aku pun mendekat.
“Aaakkhhh….aaakkkhhh….. jangaaaannn….!” Reni menjerit lagi, kali ini lantaran penis Jaelani yang besar mulai menusuk vaginanya.
Kulihat baru ...
...masuk setengah saja, tapi vagina Reni tampak menggelembung seperti tak mampu menampung penis itu. Kulepaskan ikatan tangan Reni tapi kini kedua tangannya kuikat ke belakang tubuhnya. Penis si sopir masih menancap di vaginanya. Jaelani kini kuberi isyarat agar duduk di lantai. Berat tubuh Reni membuat penis Jaelani makin dalam menusuk vaginanya. Akibatnya Reni menjerit histeris lagi. Tampaknya kali ini ia betul-betul kesakitan. Aku sudah membuka celanaku. Penisku mengacung ke hadapan wajah istriku yang cantik ini. Reni bukannya tak pernah mengulum penisku. Tapi, selalu
saja ia menolak kalau kuminta spermaku tertumpah di dalam mulutnya.
“Jijik ah, Mas,” katanya berkilah.
Tetapi kini ia akan kupaksa menelan spermaku. Kutekan kepalanya ke bawah agar penis si sopir masuk lebih jauh lagi sehingga Reni makin histeris. Saat mulutnya terbuka lebar itulah kumasukkan penisku, jeritannya pun langsung terbungkam. Aku berharap Reni tak mengenali suaminya dari bau penisnya. Ughhhh… rasanya jauh lebih nikmat dibanding saat ia mengoral penisku dengan sukarela. Kupegangi bagian belakang kepalanya sambil kugerakkan maju mundur pinggulku. Sementara Jaelani juga sudah semakin ganas menyentak-nyentak penisnya pada vagina istriku. Reni mengerang-erang, dari sela kain penutup matanya kulihat air matanya mengalir deras. Aku tak bisa bertahan lebih lama lagi. Kutahan kepalanya ketika akhirnya spermaku menyembur deras ke dalam rongga mulut istriku yang kucintai. Kutarik keluar penisku, tetapi langsung kucengkeram dagunya yang lancip. Di bawah, Bob dan Aldo menarik kedua puting istriku.
“Ayo, telan, banyak proteinnya nih Mbak, sehat loh” kata Bob.
Akhirnya memang spermaku tertelan, meski sebagian meleleh keluar di antara celah bibirnya. Nafas Reni terengah-engah di antara rintihan dan isak tangisnya. Ben masih pula menggerakkan pinggangnya naik turun.

Aku duduk bersila menyaksikan istriku tengah dikerjai tiga pria bertampang jelek. Penis Jaelani masih menancap di dalam vagina Reni. Kini Bob mendorong dada Reni hingga ia rebah di atas tubuh tegap sopir itu. Ia kini langsung mengangkangi wajah Reni. Ini dia yang sering kubayangkan. Wajah cantik Reni terjepit pangkal paha lelaki gendut itu. Kuambilalih handycam dari tangan Aldo, lalu kuclose up wajah Reni yang menderita. Reni menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menjerit-jerit. Tetapi, jeritannya langsung terbungkam penis Bob. Kedua tangan kekar Jaelani menggenggam payudara Reni. Meremas-remasnya dengan kasar dan berkali-kali menjepit kedua putingnya. Dari depan kulihat, tiap kali puting Reni dijepit keras, vaginanya tampak berkerut seperti hendak menarik penis Ben makin jauh ke dalam. Aldo tak mau ketinggalan. Ia kini mencari klitoris Reni. Begitu ketemu, ditekannya dengan jarinya dengan gerakan memutar. Sesekali, bahkan dijepitnya dengan dua jari. Terdengar Reni mengerang-erang, tubuhnya mengejang seperti menahan sakit.
“Boleh aku gigit klitorisnya?” tanya Aldo padaku sambil berbisik.
“Boleh, asal jangan sampai luka,” sahutku sambil mengarahkan handycam ke vagina istriku.
Office boy pemalu ini betul-betul melakukannya. Mula-mula dijilatinya bagian sensitif itu. Lalu, kulihat klitoris istriku terjepit di antara gigi-gigi Aldo yang tidak rata. Ditariknya menjauh seperti hendak melepasnya. Kali ini terdengar jerit histeris Reni.
“Aaaaakkhhhh….saakkkkiiiittt…” rupanya Bob saat itu menarik lepas penisnya lantaran Jaelani ingin berganti posisi. Jaelani memang kemudian berdiri sambil mengangkat tubuh Reni pada kedua pahanya. Penisnya yang besar masih menancap di vagina istriku. Terus terang aku iri melihat penisnya yang besar itu. Reni terus menjerit-jerit dalam gendongan Jaelani yang ternyata membawanya ke atas meja. Diturunkannya Reni hingga kini posisinya tertelungkup di atas meja. Kedua kakinya menjuntai ke bawah dan kedua payudaranya tepat di tepi meja.
“Kita teruskan lagi, ya Mbak. Memek Mbak kering sekali, jadi lama selesainya,” kata si sopir
Ia menusukkan dua jari ke vagina Reni sehingga tubuh istriku itu menggeliat.

“Sudaaahh…. hentikaaan…kalian…bangsat!” teriaknya di sela isak tangisnya.
“Iya Mbak, maafkan kami yang jahat ini ya?” sahut Jaelani sambil kembali memperkosa istriku.
Suara Reni sampai serak ketika ia menjerit histeris lagi. Tapi tak lama, Bob sudah menyumpal mulutnya lagi dengan penisnya. Dalam posisi seperti itu, si sopir betul-betul mampu mengerahkan kekuatannya. Tubuh Reni sampai terguncang-guncang. Kedua payudaranya berayun ke muka tiap kali Ben mendorong penisnya masuk. Lalu, kedua gumpalan daging kenyal itu berayun balik membentur tepi meja. Payudara Reni yang putih mulus kini tampak memerah. Jaelani terlihat betul-betul kasar, mungkin Reni adalah wanita tercantik yang pernah disetubuhinya sehingga tak heran ia begitu bernafsu. Saat ia terlihat hampir sampai puncak, Bob berseru kepadanya,
“Buang ke mulutnya dulu. Nanti putaran kedua baru kita buang ke memeknya,” kata Bob.
Jaelani mengangguk lalu ia bergerak ke depan Reni. Vagina Reni tampak menganga lebar, tetapi sejenak saja kembali merapat. Bob dengan cepat menggantikan posisi Jaelani. Penisnya kini menyumpal mulut Reni. Ia menggeram keras sambil menahan kepala Reni.
“Ayo, telen spermaku ini… Uuughhhh….yah…. telaaannn…..” si sopir meracau.
Jaelani baru melepaskan penisnya setelah yakin Reni benar-benar menelan habis spermanya. Reni terbatuk-batuk, sopir itu mengusapkan penisnya yang berlumur spermanya sendiri ke hidung Reni yang mancung.
“Uuggghhh….nggghhhhhh…..” Reni merintih.
Tak menunggu lama, kini giliran Bob menyetubuhi Reni. Reni tampaknya tak kesakitan seperti saat diperkosa si sopir. Mungkin karena penis Bob lebih kecil.
“Aiaiaiaiiiii…. jangaaan…. aduhhhh…. sakiiit….” tiba-tiba Reni mendongak dan menjerit kesakitan.
“Anusmu masih perawan ya ? Nanti aku ambil ya ?” katanya.
Ternyata, sambil menancapkan penisnya ke vagina Reni, Bob menusukkan telunjuknya ke anus Reni.

Kudekati Bob seraya berkata,
“Jangan sekarang, pak Bob. Aku juga ingin merasakan menyodominya. Aku belum pernah memasukkan kontolku ke ...

Lanjut Part 3

0 komentar:

Posting Komentar

perkosaan

abg

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. CERITA SEX DEWASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger